Abdullah Hi. Taher: Kesenian Togal
KESENIAN TOGAL
Oleh: Abdullah Hi. Taher
Kesenian Togal adalah salah satu kesenian daerah di Maluku Utara yang berasal dari pulau Makian. Sebuah pulau kecil di jazirah Maluku Utara yang letaknya berada dalam satu deretan pulau dengan pulau Moti, Mare, Tidore, Maitara dan Ternate. Togal diceritakan ditemukan pertama kali oleh seorang bapak yang disebut berasal dari Tahane (Daori), Makian Timur. Siapa lelaki sang penemu itu tak diketahui persis namanya, sampai saat ini belum ada satupun catatan atau tulisan baik catatan tulis berupa buku, makalah atau bentuk lain yang sejenis maupun dalam bentuk tulisan elektronik yang menyebutkan nama penemu tersebut. Meskipun demikan, yang jelas dialah seniman besar dan musisi pertama di negeri Mara (Makian) yang pernah kita miliki.
Togal secara etimologis penamaannya diambil dari kata berbahasa Makian Timur atau Makian Dalam atau Taba, yaitu dari kata togal yang berarti “tarik/ditarik”. Dalam bahasa Makian barat/Makian luar/Titine (tetine), arti dari “tarik/ditarik” atau togal dalam bahasa Makian Timur disebut toga. Secara gramatikal kata toga dari bahasa Titine dikatakan merupakan kata pinjaman (borrowing word) dari kata asal togal. Dari penjelasan ini menegaskan bahwa nama musik Togal adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa setempat yakni bahasa Makian Timur (east Makian language) yang juga merupakan bahasa ibu sang penemu musik ini. Penjelasan yang sama menunjukkan bahwa Toga yang juga berarti “tarik/ditarik” adalah kata dari bahasa Makian barat dari kata asal togal berbahasa Makian Timur yang diserap kedalam bahasa Makian barat bukan merupakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang berarti jubah atau toga. Dengan demikan maka penjelasan gramatikal diatas senafas dengan pengakuan kita musik togal merupakan kesenian asli orang Makian – Kayoa.
Istilah Togal diabadikan dalam nama musik ini merepresentasikan ciri bekerja fiol sebagai alat utama dalam musik ini. Musik yang memiliki daya magnet yang menyatukan seluruh orang Makian-Kayoa ini, konon sejarahnya sebutan togal dipakai karena terinspirasi dari cara si pemain biola (Violinis) memainkan fiol (violin), yang dimainkan dengan cara ditarik atau toga (Titine) atau togal (Taba) atau dengan cara digesek atau iris (bahasa Melayu Ternate). Mungkin karena itu pula maka Togal oleh orang Makian Barat/Makian luar kebanyakan mereka menyebutnya Fiol daripada sebutan togal itu sendiri. Waallahu a’lamu bi al-ashawwab.
Disisi lain Togal selain terkenal dengan istilah Togal atau fiol, musik ini juga memiliki nama lain yaitu manika (dalam bahasa Taba) dan armanika (dalam bahasa Titine/Tetine). Sebagaimana nama togal diambil/dipakai karena terinspirasi dari fiol yang dimainkan dengan cara digesek atau ditarik, nama – nama ini juga ada kaitannya dengan alat musik harmonika yang dulu pernah digunakan.
Kata/istilah “manika” yang dipakai/diserap kedalam bahasa Makian Timur dan juga kata “armanika” yang diserap kedalam bahasa Makian Barat, keduanya merupakan derivasi atau turunan kata dari kata harmonika (harmonica). Harmonika adalah sala satu alat musik tiup yang sudah mulai dibisniskan sejak tahun 1857. Alasan yang menguatkan pendapat ini adalah bahwa pada jaman dahulu alat musik tiup yang berasal dari alat musik tradisional china tersebut pernah digunakan mengiringi musik togal, karena itulah muncul istilah lain disamping togal dan fiol yang kita kenal dengan istilah “armanika” dan “manika” itu.
Musik Togal diiringi dengan fiol(biola/violin), juk (gambus), tifa (atipa:Titine), harmonika (wowudu:Titine), suling dan dendang lagu. Tetapi harmonika rupanya kurang begitu beruntung seperti fiol, kini harmonika hanya tinggal nama yang dipakai. Alat musik ini sudah tak lagi terlihat dipakai bertogal padahal namanya telah diabadikan sebagai nama lain musik ini. Bisa jadi karena tidak ada lagi yang bisa memainkan togal dengan alat tiup ini. Cerita tentang harmonika pernah digunakan dalam mengiringi musik togal pernah disaksikan secara langsung oleh penulis pada tahun 1980-an hingga 1990-an di desa Busua, salah satu desa di pulau Muari. Disini di desa ini dulu ada seorang nenek benama Fatimah beliau sangat piawai memainkan togal dengan iringan permainan nada harmonika miliknya.
Dengan penuh penghayatan ia menghasilkan instrumental togal yang khas dan bahkan tak kalah bagus dengan musik togal yang dihasilkan dari gesekan ijuk dan dawai fiol. Meskipun terkadang ia harus berhenti sejenak hanya untuk mengatur napafasnya namun tiupan dan hisapan nada-nada harmonikanya membuat togal yang dimainkannya tak pernah kehilangan rasa syahdu. Suara harmonikanya sangat enak terdengar di telinga dan menyejukkan hati. Sayangnya nenek yang dulu sering disapa Fatima daawo ini karena postur tubuhnya yang jangkung sampai di akhir hayatnya ia menghadap sang khalik tak ada genarasi yang menggantikannya atau meneruskan bakat musikalnya, akhirnya bakat alam yang langka itu pun hilang bersamanya tanpa jejak yang tertinggal.
Togal secara keseluruhan terdiri dari musik, lirik dan tarian atau ronggeng. Lirik togal berisikan dalil tifa, dalil moro/dolabololo dan biasanya menggunakan lirik berbahasa Makian Timur, Makian barat dan bahasa Ternate. Kebanyakan lirik bercerita atau berkisah tentang nasihat, pendidikan dan ungkapan rasa dalam sebuah percintaan. Contohnya:
Tentang nasihat :
Polo mrasa kabaratan modet maka siloloa
(Jika merasa kurang berkenaan marilah kita saling mengingatkan).
Dunia moto tmaka peik mhanas oik.
(dunia hanya bersifat sementara diantara kita jangan saling menyakiti)
Tentang pendidikan
Bukan yeling nim jaman tapi yeling nim bicara.
(orang tak akan mengenang ketampananmu tapi yang dikenang tutur katamu)
Kangela tohisa ngolo bau magina
(Dengan susah payah ku pagari laut hanya jadi muatan angin dan arus)
Tentang percintaan :
Dogolo wa teteng deseba takarana juga niamo
(Jauh kuanggap dekat karena hatimu yang kuharap)
Harapela danasib omo e padahal la isia-sia.
(kukira ini sudah saatnya padahal dia menyia-nyiakannya)
Moi oik malusa noma supaya kuna ada ni woso
(jangan segan beritahu saya agar saya masih sempat mencari pengganti)
Polo au ada maleosi moi oik malusa noma.
(kalaulah anda ada yang punya tak usah segan beritahu saya)
Amo nema te langa longi itala togu teteden
(andai hati ini seperti tali jika terputus akan kusambung kembali)
Tawadola niamo omo e niamo la ipelepili.
(Dihatimu saya sudah tahu, hatimu yang masih memilih)
Antara niwoso olat toba makatala tedo.
(sudah terpisah dengan lautan akan susah kita berjumpa).
Bulang masure ngonganok oik kuda mitang lo ni rasai.
(jangan berharap putih nan cantik, yang hitam sangat berbudi.
Togal biasanya dipentaskan pada acara – acara seperti pada acara resepsi pernikahan, pesta adat, menyambut tamu dan sebagainya.
Di kanca Internasional, 500 tahun yang lalu musik ini juga dibadikan oleh Kapten Juan Sebastian Elkano yang pernah melakukan ekspedisi keliling dunia bersama Fernando de Magallanes untuk mencari pulau rempah-rempah. Menurutnya Musik adalah bahasa universal yang menyatukan orang-orang terpencil selama bertahun-tahun dan terus berlanjut.
Dari bangsa yang sama, togal kembali dikembangkan oleh musisi Internasional, Enrike Solinis, musisi asal Spanyol bersama grup musiknya Euskal barrokenseble, salah satu kelompok musisi yang menghimpun para musisi muda berbakat dari seluruh dunia yang tertarik pada musik kuno. Grup musik ini didirikan pada awal tahun 2006 di bilbao, spanyol. Di tangan para musisi hebat ini togal diabadikan dalam sebuah double disc yang berisi 55 lagu pilihan yang merupakan kumpulan musik kuno (ancient music) dari seluruh dunia. Dalam doble disc tersebut, Togal dimuat dalam disc pertama (Disc-1) pada urutan nomor 27 dan disitu tertulis lagu togal-traditional from Maluccas islands (lagu tradisional dari kepulauan Maluku).
Ide untuk memasukan togal kedalam disc berdurasi 2 menit 58 detik yang dibuat Enrike bersama Euskal barrokenseble ini, Menurut Enrike gagasan besar ini dibuat untuk mengenang perjalanan Ferdinand Magelhaens menemukan kepulauan rempah-rempah (the spice island) 500 tahun yang lalu. Dari sini kita boleh dengan bangga mengatakan bahwa musik ini bukan lagi sekedar musik kampung, togal sudah menjadi musik tradisional berkelas dunia.
Semoga togal dapat dipertahankan keasliannya baik dari musiknya yang khas, tarinya memiliki gerakan yang khusus dan punya makna tersendiri maupun liriknya yang berisikan dalil tifa, dalil moro/dolabololo yang mengandung pesan filosofis dan reliji.
No comments for "Abdullah Hi. Taher: Kesenian Togal"
Post a Comment